Jumat, 30 September 2011

Ketika Kita Merasa Gelisah

Assalamualaikum Warokhmatullohi Wabarokatuh, Sudara_saudariku yg dimuliakan allah swt

Ketika dirimu gelisah... Sentuhlah hatimu dgn lantunan ayat2 cinta dalam kitab suci Al-qur'an. ..

Ketika kau lemah... Rangkum kembali makna-makna kebersamaan bersama saudara-saudaramu agar saling menguatkan.  Ketika kau lelah dan mulai putus asa... Maka Allah swt akan tersenyum padamu... YAKINLAH tiada usaha halal yg sia-sia.  Ketika peluh & kerja tak dihargai... Maka ingatlah saat itu kita sedang belajar tentang KETULUSAN. ..Ketika usaha keras kita dinilai sia-sia oleh orang lain... Maka saat itu kita sedang memaknai KEIKHLASAN.  Ketika hati terluka dalam karena tuduhan atas hal yang tak pernah kita lakukan... Maka saat itu kita sedang belajar tentang MEMAAFKAN.  Ketika lelah mendera & kecewa menerpa...  Maka saat itu kita sedang belajar memaknai tentang arti KESUNGGUHAN. . Ketika sepi menyergap & sendiri membulat dalam keramaian... Maka saat itu kita sedang memberi makna tentang KETANGGUHAN. ..Ketika kita harus membayar biaya yang sebenarnya tak perlu kita tanggung, Maka saat itu kita sedang belajar tentang KEMURAHHATIAN.  Bersama kesulitan ada kemudahan...Bersama Kesulitan ada kemudahan... Jangan pernah merugikan & menyakiti org lain. Allah maha meliihat & mendengar rintihan hatimu: BERDOALAH.  Tetap semangat, sabar, tersenyum... Dan Terus belajar..!! Karena Engkau sedang menimba ilmu di Universitas KEHIDUPAN.. Dia menaruhmu di tempat yang sekarang, bukan karena kebetulan..!! Ada maksud yg TERINDAH di setiap rencanaNya..!! Bergembiralah ..Semua Serba Melimpah, Alloh Maha Pemurah Alloh Maha pengasih dan Penyayang, Bagi siapa saja yang pandai merasakan dan mensyukurinya.

SABAR n IKHLAS, ya....

[Sumber]

Sombong dan Tawadhu

Sifat sombong adalah sesuatu yang sangat tercela. Karena Al Qur’an dan As Sunah mencelanya dan mengajak kita untuk meninggalkannya. Bahkan orang yang mempunyai sifat ini diancam tidak masuk ke dalam surga. Sebaliknya, di dalam Al Qur’an Allah memuji hamba-hamba-Nya yang rendah hati dan tawadhu’ kepada sesama. Allah ta’ala berfirman,

Hati Yang Kotor

"Barang siapa yang melakukan satu dosa, maka akan tumbuh pada hatinya setitik hitam, sekiranya dia bertaubat akan terkikislah titik hitam itu daripada hatinya. Jika dia tidak bertaubat maka titik hitam itu akan terus merebak hingga seluruh hatinya menjadi hitam." (Hadis riwayat Ibn Majah) Hadis ini sesuai dengan firman Allah swt : "Sebenarnya ayat-ayat Kami tidak ada cacatnya, bahkan mata hati mereka sudah diselaputi kotoran dosa dengan sebab perbuatan kufur dan maksiat yang mereka kerjakan." (Surah al-Muthaffifiin, ayat 14) Hati yang kotor dan hitam akan menjadi keras. Apabila hati keras, kemanisan dan kelezatan beribadat tidak dapat dirasakan. Ia akan menjadi penghalang kepada masuknya nur iman dan ilmu. Belajar sebanyak mana pun ilmu yang bermanfaat atau ilmu yang boleh memandu kita, namun ilmu itu tidak masuk ke dalam hati, kalau pun kita faham, tidak ada daya dan kekuatan untuk mengamalkannya. Dalam hal ini Allah swt berfirman : "Kemudian selepas itu, hati kamu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Pada hal antara batu-batu itu ada yang terpancar dan mengalir sungai daripadanya dan ada pula antaranya yang pecah-pecah terbelah lalu keluar mata air daripadanya. Dan ada juga antaranya yang jatuh ke bawah kerana takut kepada Allah sedang Allah tidak sekali-kali lalai daripada apa yang kamu kerjakan." (Surah al-Baqarah ayat 74) Jika hati kotor maka cahaya ilahi akan sulit masuk, malah yang mudah masuk adalah syetan dan dia akan betah disana. Orang yang demikian tidak takut lagi kepada Allah dan neraka, tidak merasa berdosa saat melakukan maksiat bahkan dia merasa dirinya benar, sungguh celakalah orang seperti in kecuali jika dia sadar dan mau membersihkan hatinya.
Sumber: Dari catatan Majelis Jalsatul Musthofa [http://www.facebook.com/photo.php?fbid=115702955203301&set=a.114080988698831.20176.100002907904017&type=1&ref=nf]

ITTIBA’ DENGAN RASULULLAH SAW Oleh Habib Ali Al Jufri

Ketahuilah sesungguhnya awal langkah yang kita ayunkan untuk menuju kepada Allah adalah memperbaiki taubat dan selalu kembali kepada Allah. Inti dari taubat adalah penyesalan. Apabila seseorang sungguh-sungguh menyesal, barulah ia bertaubat kepada Allah. Sedangkan jika tak sempurna penyesalan tersebut, maka taubatnya pun tak sempurna.

Barang siapa yang tak bertaubat kepada Allah, maka ia pun tak akan mendapatkan kedudukan di sisi-Nya. Karena taubat adalah pintu yang sangat agung untuk mendapatkan mahabbah (rasa cinta) dari Allah.

Allah berfirman; "Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang senantiasa bertaubat."
Wahai saudaraku, Ketahuilah bahwa asas menuju kepada Allah adalah melalui ilmu. Dengan ilmulah kita mempunyai kunci dalam mengikuti jejak Rasulullah (ittiba’). Yaitu ilmu yang kita ambil dengan niat untuk diamalkan dan diajarkan.

Makna ittiba’ adalah bagaimana kita selalu mengikuti jejak Rasulullah saw. Sir/rahasia dalam hal ini adalah bagaimana seseorang meninggalkan keinginan hawa nafsunya untuk sibuk melakukan apa-apa yang diinginkan Allah.

Martabat ittiba’ terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Meninggalkan larangan Allah dan menjalankan perintah Allah.
2. Menjaga sunnah dan meninggalkan yang makruh.
3. Mengikuti adab-adab muamalah yang mubah disertai niat untuk meneladani Rasulullah.
4. Sungguh-sungguh bermujahadah dengan memerangi hawa nafsu karena Allah.
 
Martabat ke-4 ini adalah tahapan yang paling agung. Jika mujahadah ini didasari ketulusan dalam meneladani Rasulullah, maka akan menimbulkan dampak pada hatinya. Yaitu niscaya ia akan merasakan suatu kelezatan setelah sebelumnya menelan kepahitan (ketika bermujahadah).
Sebagaimana Rasulullah bersabda; "Tak beriman seseorang di antara kalian, hingga hawa nafsunya mengikuti apa-apa yang dibawa Allah dan Rasul-Nya".
 
Sayyidina Anas ra. adalah seseorang yang telah mencapai tahapan yang tertinggi ini. Hatinya telah dipenuhi dengan mahabbah kepada Rasulullah. Hingga ia pun mengikuti semua yang dilakukan Rasulullah. Tak hanya dalam perkara ubudiyah, bahkan sampai makan dan minum Rasulullah pun ia ikuti. Ia berkata; "Aku senantiasa mencintai labu semenjak aku melihat Rasulullah SAW memakannya"

Minggu, 25 September 2011

Cara Rasulullah SAW Dalam Mengenali dan Memberi Syafa'at Kepada Umatnya


Hujjatul Islam Al Imam Ghazali RA meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang lupa membaca shalawat kepada Rasulullah SAW. Lalu pada suatu malam ia bermimpi melihat Rasulullah SAW, namun tidak mau menoleh kepadanya, dia bertanya, “Ya Rasulullah, apakah engkau marah kepadaku?" Beliau menjawab, “Tidak.” Dia bertanya lagi, “Lalu sebab apakah engkau tidak memandang kepadaku?" Beliau menjawab, “Karena aku tidak mengenalmu.” Laki-laki itu bertanya, “Bagaimana engkau tidak mengenaliku, sedang aku adalah salah satu dari umatmu? Para ulama meriwayatkan bahwa sesungguhnya engkau lebih mengenali umatmu dibanding seorang ibu mengenali anaknya?”


Rasulullah SAW menjawab, “Mereka benar, tetapi engkau tidak pernah mengingat aku dengan shalawat. Padahal kenalku dengan umatku adalah menurut kadar bacaan shalawat mereka kepadaku.” Terbangunlah laki-laki itu dan mengharuskan dirinya untuk bershalawat kepadaRasulullah SAW, setiap hari 100 kali. Dia selalu melakukan itu, hingga dia melihat Rasululah SAW lagi dalam mimpinya. Dalam mimpinya tersebut Rasulullah SAW bersabda, “Sekarang aku mengenalmu dan akan memberi syafa’at kepadamu.” Yakni karena orang tersebut telah menjadi orang yang cinta kepada Rasulullah SAW dengan memperbanyak shalawat kepada beliau. Maka barangsiapa yang ingin dikenali oleh Rasulullah SAW, hendaklah ia memperbanyak bacaan shalawatnya.


(Kitab Mukasyafatul Qulub, bab IX,hal 55, karangan Hujjatul Islam Al Imam Ghazali RA)